Jumat, 05 Juli 2013

Tantangan dan Strategi Pelajar Muslim di Era Globalisasi

سْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Segala pernyataan syukur hanyalah milik Allah semata,Tuhan semesta alam.Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah yang esa,tiada sekutu bagiNya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulNya dan semoga seluruh keluarga,para sahabatnya serta orang sholih yang senantiasa berada diatas sunah beliau mendapat rahmatNya.

TANTANGAN PELAJAR MUSLIM DI ERA GLOBALISASI
Perlu kita sadari bersama, saat ini negara kita sudah memasuki zaman yang penuh tantangan, cobaan serta hambatan. Dengan adanya kemajuan di bidang teknologi informasi maupun teknologi yang lain, kesemuanya mempunyai efek negatif yang ikut memperlancar kemaksiatan, kerusakan moral dan pelanggaran hukum agama. Ujung-ujungnya menjadi tantangan berat yang harus kita hadapi bersama.
            Dampak yang nyata sekarang ini terjadi sebagian besar dialami oleh remaja atau istilah lain dikenal dengan remaja ABG (anak baru gede). Dalam usia ini umumnya remaja belum memiliki kematangan sosial (social maturity) sehingga masih labil dalam menentukan sikap, tingkah laku dan perbuatan.Mereka masih mudah terkena pengaruh atau rangsangan-rangsangan dari luar. Dalam kondisi ini kadang-kadang dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan dengan memberikan ajaran-ajaran, ide-ide, motivasi-motivasi yang pada gilirannya bisa membentuk suatu sikap dan gaya hidup bahkan kepribadian.
            Dengan pengaruh yang sangat besar itu setidak-tidaknya remaja harus diberi pembinaan langsung dari orang tua atau orang lain yang mengarah pada kebaikan. Jangan tinggal landas begitu saja masa bodoh, karena merasa sudah dewasa bisa mengurus dirinya sendiri. Kalau ini dibiarkan bisa berakibat fatal.
            Remaja dengan mudah berbuat kemaksiatan-kemaksiatan karena jauh dari pengawasan. Bisa saja terjadi banyak anak remaja hamil di luar nikah. Betapa besar bahayanya sehingga masa depan anak jatuh, orang tua menanggung malu.

Pengaruh-pengaruh yang merangsang remaja yang hamil di luar nikah diantaranya :
Satu, mudahnya orang menyaksikan kemaksiatan lewat berbagai media baik cetak maupun elektronik. Majalah yang menampilkan gambar porno dengan mudah didapat, dijajakan oleh para pengasong di pinggir jalan, bacaan porno, demikian pula kaset VCD porno, hampir setiap rental menyediakan.

            Dua, pergaulan laki-laki dan perempuan yang semakin bebas sehingga orang lebih mudah mendapatkan kenikmatan sesaat di berbagai tempat, di hotel-hotel, losmen, diskotek, kafe, panti pijat dan tempat-tempat biliar. Anak usia remaja banyak terjerumus menjadi budak pemuas nafsu setan. Disinyalir banyak kasus pelajar, mahasiswa-mahasiswa yang "nyambi" untuk menjual dirinya baik sebagai WTS atau gigolo.
            Tiga, banyak remaja yang salah persepsi terhadap perbuatan dosa, karena informasi keliru yang diterimanya. Contoh pakar seksologi maupun psikologi mengatakan bahwa onani atau masturbasi wajar dilakukan oleh remaja, sehingga banyak remaja melakukannya. Padahal menurut hukum agama itu adalah perbuatan dosa besar.
            Empat, hubungan seks yang dilakukan oleh sesama jenis laki-laki dengan laki-laki (homosex) dan perempuan dengan perempuan (lesbian), dan masih banyak contoh yang belum bisa disebutkan yang menyebabkan mengapa remaja banyak yang hamil di luar nikah.Batas kenakalan remaja tidak hanya sampai di situ saja, bahkan sekarang remaja berani mencoba-coba menyalahgunakan narkoba yang baru ramai-ramainya diburu orang. Kalau seorang remaja telah kecanduan narkoba moralnya akan jadi kotor sehingga timbul kejahatan yang dialami remaja.Remaja mulai berani pada orang tua, mabuk-mabukan, judi dan lain sebagainya. Ini sangat memprihatinkan. Kalau ini dibiarkan berlarut-larut negara kita bisa hancur karena generasi remaja yang bobrok tak bermoral.
Perlu disadari  pula,bahwa ternyata kehadiran teknologi juga berperan besar yang menjadi tantangan para pemuda dan pelajar muslim di era globalisasi ini.
Teknologi modern telah memungkinkan terciptanya komunikasi bebas lintas benua, lintas negara, menerobos berbagai pelosok perkampungan di pedesaan dan menyelusup di gang-gang sempit di perkotaan, melalui media audio (radio) dan audio visual (televisi, internet, dan lain-lain). Fenomena modern yang terjadi di awal milenium ketiga ini popular dengan sebutan globalisasi. Sebagai akibatnya, media ini, khususnya televisi, dapat dijadikan alat yang sangat ampuh di tangan sekelompok orang atau golongan untuk menanamkan atau, sebaliknya, merusak nilai-nilai moral, untuk mempengaruhi atau mengontrol pola fikir seseorang oleh mereka yang mempunyai kekuasaan terhadap media tersebut. Persoalan sebenarnya terletak pada mereka yang menguasai komunikasi global tersebut memiliki perbedaan perspektif yang ekstrim dengan Islam dalam memberikan criteria nilai-nilai moral; antara nilai baik dan buruk, antara kebenaran sejati dan yang artifisial.
            Di sisi lain era kontemporer identik dengan era sains dan teknologi, yang pengembangannya tidak terlepas dari studi kritis dan riset yang tidak kenal henti. Dengan semangat yang tak pernah padam ini para saintis telah memberikan kontribusi yang besar kepada keseejahteraan umat manusia di samping kepada sains itu sendiri. Hal ini sesuai dengan identifikasi para saintis sebagai pecinta kebenaran dan pencarian untuk kebaikan seluruh umat manusia. Akan tetapi, sekali lagi, dengan perbedaan perspektif terhadap nilai-nilai etika dan moralitas agama, jargon saintis sebagai pencari kebenaran tampaknya perlu dipertanyakan. Apalagi bila dilihat data-data beriktu:
            Di pusat riset Porton Down di Inggris para saintis memakai binatang-binatang yang masih hidup untuk menguji coba baju anti peluru. Hewan-hewan tersebut dimasukkan ke dalam troli yang kemudian diledakkan. Pada awalnya, monyet yang dipakai dalam berbagai eksperimen tetapi para saintis kemudian menggantinya dengan babi. Binatang-binatang tersebut ditembak persis di atas mata untuk meneliti efek daripada misil berkecepatan tinggi pada jaringan otak.
            Di Amerika Serikat, di akhir tahun 40-an, anak-anak remaja diberi sarapan yang dicampuri radioaktif, ibu-ibu setengah baya disuntik dengan plutonium radioaktif dan biji kemaluan para tahanan disuntik radiasi – semua atas nama sains, kemajuan dan keamanan. Eksperimen-eksperimen ini diadakan sejak tahun 1940-an sampai 1970-an (Brown, 1994).
            Selama tahun 1950-an, 60-an dan 70-an, menurut New York Times, wajib bagi seluruh mahasiswa baru, laki-laki dan perempuan, di Harvard, Yale dan universitas-universitas elit lain di Amerika, difoto telanjang untuk sebuah proyek besar yang didisain dalam rangka untuk menunjukkan bahwa ‘tubuh seseorang’ yang diukur dan dianalisa, dapat bercerita banyak tentang intelegensia, watak, nilai moral dan kemungkinan pencapaiannya di masa depan. Ide ini berasal dari pendiri Darwinisime Sosial, Francis Galton, yang mengajukan foto-foto arsip tersebut untuk dewan kependudukan Inggris. Sejak awal tujuan dari pemotretan-pemotretan ini adalah egenetika. Data-data yang terakumulasi akan dipakai sebagai proposal untuk ‘mengontrol dan membatasi produksi organisme dari orang-orang yang inferior dan tidak berguna’. Beberapa organisme tipe terakhir ini akan dikenakan sangsi bila melakukan reproduksi … atau akan disteril (Rosenbaum, 1995).
            Sementara itu media televisi, sebagai hasil pencapaian teknologi modern yang paling luas jangkauannya memiliki dampak sosio-psikologis sangat kuat pada pemirsanya. Beberapa hasil studi berhasil menguak hubungan antara menonton televisi dengan sikap agresif (Huismon & Eron, 1986; Wiegman, Kuttschreuter & Baarda, 1992), dengan sikap anti social (Hagell & Newburn, 1996), dengan sikap aktifitas santai (Selnon & Reynolds, 1984), dengan kecenderungan gaya hidup (Henry & Patrick, 1977), dengan sikap rasial (Zeckerman, Singer &Singer, 1980), kecenderungan atas preferensi seksual (Silverman – Watkins & Sprafkin, 1983), kesadaran akan daya tarik seksual (Tan, 1979), stereotype peran seksual (Durkin, 1985), dengan bunuh diri (Gould & Shaffer, 1986), identifikasi diri dengan karakter-karakter di televisi (Shaheen, 1983).
            Hasil-hasil studi yang lain tentang dampak-dampak televisi menunjukkan indikasi yang cenderung ‘agak menggembirakan’. Seperti adanya kesadaran akan segala peristiwa yang terjadi di seluruh dunia (Cairn, 1990),kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara (Conway, Steven & Smith, 1975), bertambhanya pengetahuan akan geografi (Earl & Pasternack, 1991), meningkatnya pengetahuan tentang masalah politik (Furnham & Gunter, 1983), bersikap pro social (Gunter, 1984). 
Tetapi perlu dicatat bahwa sejak munculnya era televisi dibarengi dengan timbulnya berpuluh-puluh channel dengan menawarkan berbagai acara-acara yang menarik dan bervariasi, umat Islam hanya berperan sebagai konsumen, orang non-Muslimlah yang memegang  kendali semua teknologi modern tak terkecuali televisi.
STRATEGI PELAJAR MUSLIM DI ERA GLOBALISASI
Bagaimanakah seharusnya sikap pelajar muslim di era globalisasi ini? Akan munculberaneka ragam jawaban atas pertanyaan ini sesuai dengan agama, kredibilitas keilmuan, latar belakang, pandangan hidup dan pedoman hidup si penjawab. Telah dimaklumi bersama bahwa pelajar muslim adalah pemburu ilmu pengetahuan yang beragama Islam dengan tanpa membedakan apakah mereka belajar di pesantren maupun  di luar pesantren.

            Nah di era globalisasi yang ditandai dengan berkembang pesatnya ilmu pengatahuan (science) dan teknologi ini, pelajar muslim harus turut berpartisipasi dan berperan aktif  dalam mewujudkan dunia yang aman, tentram, damai dan sejahtera. Begitu juga dalam upaya mengendalikan kemajuan tekhnologi yang semakin meresahkan masyarakat luas. Tidak dapat dipungkiri kemajuan teknologi di sela-sela keberhasilannya  dalam memberikan kemudahan-kemudahan terhadap kehidupan manusia. Teknologi juga telah banyak meresahkan dan membinasakan manusia.  Seperti peristiwa meledaknya bom atom di Hirozima dan Nagasaki yang menewaskan tidak kurang dari 90.000 manusia. Hancurnya palestina akibat gempuran pesawat-pesawat tempur Super Sonik bangsa Zionis dan ledakan bom-bom lainya yang terjadi di berbagai belahan dunia. 
            Begitu juga Isu kontemporer pemanasan global  yang membuat bumi kita semakin tak bersahabat. Hal ini juga disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin buas tak terkendali. Dan juga, termasuk dari dampak negatif ilmu pengetahuan (science) dan tekhnologi yang tak kalah mengerikan yaitu memudarnya moralitas dan budi pekerti masyarakat. Mulai dari para pejabat, agamawan, pelajar , mahasiswa  hingga  masyarakat awam. Hal ini terbukti dengan meningkatnya kriminalitas dan pelanggaran asusila. Seperti korupsi, pembunuhan, perjudian, perampokan, pencurian, pemerkosaan, penyalahgunaan Narkotika, perzinaan, pencabulan, pembocoran soal ujian UAN dan lain sebagainya. Begitu juga kebanyakan manusia pemuja tekhnologi saat ini, semakin pandai bersandiwara dalam membungkus kejahatan dan kebusukan dirinya dengan kain-kain sutera halus yang diselempangkan di bahunya.
            Atas dasar inilah pelajar muslim harus mulai berpikir dan berbuat yang positif agar teknologi yang pada dasarnya diharapkan dapat  mensejahterakan kehidupan manusia, tidak berubah bentuk menjadi pusaka yang akan membinasakan si Empunya laiknya  keris Empu Gandring dalam hikayat kerajaan Singosari.
Dengan demikian apa yang harus dilakukan oleh pelajar muslim untuk mensejahterakan kehidupan manusia khususnya ummat Islam sehingga mereka bahagia di dunia dan akhirat? Jawabnya adalah belajar dengan bersungguh-sungguh, mempertebal keimanan dan memperbaiki moralitas mereka. Karena bagaimanapun juga dalam menjalani kehidupan di dunia ini sangat membutuhkan ilmu, iman dan akhlaq yang baik. Lebih-lebih ketika mereka hendak melakukan perubahan-perubahan positif di tengah-tengah masyarakat.
Dengan jawaban ini disiplin ilmu apa saja yang harus dipelajari dan dikuasai oleh pelajar muslim? Dengan mengacu terhadap misi diturunkannya agama islam ke dunia yaitu sebagai rahmat bagi seluruh alam, pelajar muslim pertama-tama harus mempelajari ilmu-ilmu yang sifatnya fardu Ain seperti ilmu Tauhid, Fiqih Ibadah, Akhlaq/tata krama dalam berhubungan dengan Allah maupun sesama makhluq, do’a-do’a keseharian yang telah diajarkan oleh nabi serta tata cara membaca al-Qur’an yang baik dan benar. Karena ilmu-ilmu tersebut merupakan bekal dan modal awal yang harus dipahami dan dihayati oleh seluruh ummat islam tanpa terkecuali.
            Setelah itu pelajar muslim harus bersatu padu dalam mewujudkan kehidupan yang aman, tentram, damai dan sejahtera. Nah untuk mewujudkan itu semua,  pelajar muslim harus memahami kebutuhan-kebutuhan vital ummat manusia seperti keamanan, persatuan, kerukunan, keadilan , kesejahteraan hidup, ulama’ yang ikhlas, pemimpin yang jujur, adil dan bertanggung jawab, negara yang bersih dari KKN dan orang kaya yang dermawan . Begitu juga mereka harus mengetahui aspek-aspek kehidupan seperti agama, pendidikan, sosial, politik kenegaraan, budaya dan hukum. Dengan mengacu terhadap keterangan diatas maka pelajar muslim harus berbagi tugas dalam mempelajari disiplin keilmuan. Satu kelompok ada yang memperdalam ilmu-ilmu keagamaan yang sifatnya fardu kifayah dan bersumber dari ayat-ayat al-Qur’an. seperti ilmu Kalam/Usuluddin, Fiqih,Tasawwuf, Tafsir, Hadist, Usul Fiqh Qowaidul Fiqh serta Gramatika Bahasa Arab.
            Di samping itu pelajar muslim yang lain ada yang memperdalam disiplin ilmu yang bersumber dari ayat-ayat Allah yang tertuang di alam semesta ini. Seperti ilmu Kedokteran, Biologi, Sosiologi, Astronomi, Mekanika, Fisika, Filsafat, Politik Kenegaraan, kepolisian, Bahasa-Bahasa Dunia, Sejarah, ilmu Hisab, Mantiq, Matematika, Keterampilan dan Kerajinan tangan, Kelautan, Komputerisasi dan lain sebagainya.
            Akan tetapi yang perlu diingat bahwa belajar ilmu-ilmu tersebut sebaiknya dipelajari  setelah mereka menguasai dengan baik ilmu-ilmu yang sifatnya fardu ‘ain. Dan juga, hal itu harus dilakukan dalam rangka menjalankan perintah Allah yaitu untuk mengemban kekholifahan  di muka bumi ini, yang semuanya dimuarakan untuk mencari rido Allah Swt. Oleh karena itu, pelajar muslim harus bersatu padu dengan mengemban jobnya masing-masing sesuai dengan keahlian dan keilmuan yang mereka kuasai. Dengan kesadaran ini  insya Allah problematika-problematika yang muncul, baik yang berkaitan dengan Agama, Kesehatan, Ekonomi, Sosial Kemasyarakatan, Kenegaraan, Teknologi dan keamanan, akan teratasi dengan mudah. Dengan demikian wibawa  Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi perdamaian dan keadilan akan semakin diperhitungkan.


ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ



وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Wallahu A’lam Bis Showab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakallah khoir atas kunjungannya. salam dari kami PC IPM KRAMAT 1 TEGAL